Rabu, 13 Juni 2018

Kritikan Berkualitas

Tom Finaldin


Bismillaahirrahmaannirraahiim

Banyak orang yang menganggap diri pintar dan pandai dengan pikirannya, tetapi kenyataannya mereka tidaklah cukup pintar. Mereka banyak memberikan kritik dan masukan yang tampaknya positif, tetapi sesungguhnya kritikannya itu sangat tidak bermanfaat karena hanya didasarkan pada keinginanan menunjukkan eksistensi diri, keangkuhan, bahkan rasa iri atas keberhasilan orang lain. Mereka mengkritik hanya ingin dianggap eksis. Mereka memberikan kritik hanya karena takut dianggap lebih rendah dibandingkan orang lain. Mereka mengkritik hanya karena kebencian dan rasa iri hati atas keberhasilan orang lain. Kritik-kritik sejenis ini adalah sekedar celoteh kosong yang sama sekali tidak berguna, bahkan hanya menampilkan sisi buruk diri Si Pengkritik tersebut.

            Kritikan yang berkualitas adalah sebagaimana yang diajarkan Allah swt dalam Al Quran Surat Al Ashr. Di dalam surat itu Allah swt memberitahukan bahwa ciri-ciri orang beriman dan beruntung itu adalah mereka yang gemar saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Saling menasihati itu artinya saling memberikan kritik, saling memberikan masukan agar hidup orang yang kita kritik menjadi lebih benar, agar pekerjaan orang yang kita kritik menjadi lebih baik, serta agar orang yang kita kritik dapat lebih sabar dalam berkarya.  Memberikan kritik yang baik adalah yang didorong oleh ketulusan yang tinggi dengan harapan saudara-saudara kita dapat hidup lebih mulia dan lebih sukses. Kritikan tidak boleh diniatkan untuk menjatuhkan orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, ataupun disebabkan rasa iri dan dengki karena orang lain lebih berhasil dibandingkan kita.

            Kritikan yang baik tentunya harus didasarkan pada ilmu yang benar tentang hal yang kita bicarakan dan pengalaman nyata tentang berbagai hal yang kita utarakan. Tanpa ilmu dan pengalaman yang nyata, kritikan hanya merupakan sebuah ujaran tanpa makna. Islam mengajarkan bahwa jika tidak bisa berbicara yang benar, lebih baik diam karena diam itu bernilai emas.

            Dalam menyongsong tahun 2045 ketika Indonesia mendapatkan bonus demografi yang ditandai dengan tingginya jumlah usia angkatan kerja dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Seluruh lembaga pendidikan dan tenaga pendidik harus sejak awal membimbing generasi muda untuk memiliki daya kritis tinggi, mampu memberikan kritik terhadap lingkungan sekitarnya dengan dasar ilmu yang benar, fakta yang nyata, dan pengalaman yang benar-benar terasa sehingga bonus demografi itu memberikan manfaat yang besar bagi dunia. Apabila generasi muda hanya dididik untuk berani berbicara, tetapi tidak menggunakan dasar ilmu, fakta, dan pengalaman yang nyata, bonus demografi itu hanya akan menjadi masalah bagi dunia dan membuat kehidupan tidak menjadi lebih baik.

            Mari kita songsong 2045 dengan membimbing anak-anak kandung kita dan anak-anak didik kita agar menjadi orang-orang yang tulus, rendah hati, mulia, berdaya kritis tinggi, berilmu berdasarkan fakta dan pengalaman, serta berkarya bagi kemuliaan manusia dan kemanusiaan.

            Demi Allah swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar