![]() |
Tom Finaldin |
Bismillaahirrahmaannirraahiim
Banyak orang yang menganggap
diri pintar dan pandai dengan pikirannya, tetapi kenyataannya mereka tidaklah
cukup pintar. Mereka banyak memberikan kritik dan masukan yang tampaknya
positif, tetapi sesungguhnya kritikannya itu sangat tidak bermanfaat karena
hanya didasarkan pada keinginanan menunjukkan eksistensi diri, keangkuhan,
bahkan rasa iri atas keberhasilan orang lain. Mereka mengkritik hanya ingin
dianggap eksis. Mereka memberikan kritik hanya karena takut dianggap lebih
rendah dibandingkan orang lain. Mereka mengkritik hanya karena kebencian dan
rasa iri hati atas keberhasilan orang lain. Kritik-kritik sejenis ini adalah
sekedar celoteh kosong yang sama sekali tidak berguna, bahkan hanya menampilkan
sisi buruk diri Si Pengkritik tersebut.
Kritikan yang berkualitas adalah sebagaimana yang
diajarkan Allah swt dalam Al Quran Surat Al
Ashr. Di dalam surat itu Allah swt memberitahukan bahwa ciri-ciri orang
beriman dan beruntung itu adalah mereka yang gemar saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Saling
menasihati itu artinya saling memberikan kritik, saling memberikan masukan agar
hidup orang yang kita kritik menjadi lebih benar, agar pekerjaan orang yang
kita kritik menjadi lebih baik, serta agar orang yang kita kritik dapat lebih
sabar dalam berkarya. Memberikan kritik
yang baik adalah yang didorong oleh ketulusan yang tinggi dengan harapan
saudara-saudara kita dapat hidup lebih mulia dan lebih sukses. Kritikan tidak
boleh diniatkan untuk menjatuhkan orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, ataupun
disebabkan rasa iri dan dengki karena orang lain lebih berhasil dibandingkan
kita.
Kritikan yang baik tentunya harus didasarkan pada ilmu
yang benar tentang hal yang kita bicarakan dan pengalaman nyata tentang
berbagai hal yang kita utarakan. Tanpa ilmu dan pengalaman yang nyata, kritikan
hanya merupakan sebuah ujaran tanpa makna. Islam mengajarkan bahwa jika tidak
bisa berbicara yang benar, lebih baik diam karena diam itu bernilai emas.
Dalam menyongsong tahun 2045 ketika Indonesia mendapatkan
bonus demografi yang ditandai dengan tingginya jumlah usia angkatan kerja
dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Seluruh lembaga pendidikan dan
tenaga pendidik harus sejak awal membimbing generasi muda untuk memiliki daya
kritis tinggi, mampu memberikan kritik terhadap lingkungan sekitarnya dengan
dasar ilmu yang benar, fakta yang nyata, dan pengalaman yang benar-benar terasa
sehingga bonus demografi itu memberikan manfaat yang besar bagi dunia. Apabila
generasi muda hanya dididik untuk berani berbicara, tetapi tidak menggunakan
dasar ilmu, fakta, dan pengalaman yang nyata, bonus demografi itu hanya akan
menjadi masalah bagi dunia dan membuat kehidupan tidak menjadi lebih baik.
Mari kita songsong 2045 dengan membimbing anak-anak
kandung kita dan anak-anak didik kita agar menjadi orang-orang yang tulus,
rendah hati, mulia, berdaya kritis tinggi, berilmu berdasarkan fakta dan
pengalaman, serta berkarya bagi kemuliaan manusia dan kemanusiaan.
Demi Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar