Rabu, 13 Juni 2018

Kunci Kemajuan Negara




Pada Sabtu, 14 Oktober 2017, saat acara Wisuda STT Jabar di Grand Hotel Pasundan Bandung, Dr. H. Didin Muhafidin, M.Si., Guru Besar Unpad dan Rektor Universitas Al-Ghifari, memberikan orasi ilmiah yang berjudul Mental Enterprenuer dan Kemajuan suatu Negara. Isi dari orasi ilmiah itu sangat bermanfaat dan membuka mata kita bahwa kunci kemajuan suatu negara bukanlah disebabkan oleh ras, sumber daya alam, maupun lamanya negara itu merdeka.


Didin Muhafidin saat memberikan orasi ilmiah pada acara Wisuda STT Jabar



            Negara India dan Mesir yang umurnya lebih dari 2.000 tahun, tetapi tetap terbelakang (miskin). Di sisi lain, Singapura, Kanada, Australia, dan New Zealand yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun merupakan bagian dari negara maju di dunia dan penduduknya tidak lagi miskin.

            Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin. Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya 80% berupa pegunungan, tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan. Akan tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara “industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya. Negara Swiss sangat kecil, hanya 11% daratannya yang bisa ditanami. Swiss tidak mempunyai perkebunan cokelat, tetapi menjadi negara pembuat cokelat terbaik di dunia. Swiss juga mengolah susu dengan kualitas terbaik. Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia. Swiss juga tidak mempunyai cukup reputasi dalam keamanan, integritas, dan ketertiban, tetapi saat ini bank-bank di Swiss menjadi bank yang sangat disukai di dunia.

            Ras atau warna kulit juga bukan faktor penting. Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya dan banyak yang berkulit hitam, ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju/kaya di Eropa.

            Setelah dianalisis, ternyata kekayaan atau kemiskinan suatu negara ditentukan oleh sikap/perilaku masyarakatnya yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan bermental entrepreneur, yaitu: kreatif, inovatif, punya komitmen, kejujuran, dan integritas; bertanggung jawab; hormat pada aturan dan hukum masyarakat; hormat pada hak orang/warga lain; cinta pada pekerjaan; berusaha keras untuk menabung dan investasi; mau bekerja keras; tepat waktu.

            Adapun kriteria negara maju menurut World Bank  dan IMF adalah pertama, pendapatan  per kapita US 11.906 dolar.

            Kedua, jumlah pengusaha > 7%  s.d. 10% dari jumlah penduduk. Berdasarkan data 2017, Indonesia baru memiliki 3,1% pengusaha dan pengusaha muda hanya 0,18%, Malaysia 5%, Thailand 4,5%, Vietnam 3,3%.

            Ketiga, diversifikasi ekspor  berupa  jasa dan industri dengan sentuhan teknologi tinggi. Negara-negara Timur Tengah pengekspor minyak tidak masuk kategori negara maju.

            Keempat, tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakatnya tinggi.

            Kelima, tingkat  kemandirian  warga negara tinggi dan tidak bergantung pada sumber daya alam (SDA).

            Keenam, produktivitas masyarakatnya tinggi.

            Berdasarkan kriteria tersebut, kita dapat mengetahui bahwa beberapa negara yang tergolong maju adalah Benua Amerika (USA dan Kanada); Benua Asia (Jepang, Korsel, Singapura, Hongkong, Taiwan); Benua Afrika tidak ada; Benua Eropa (Jerman, Inggris, Austria, Swedia, Swiss, Finlandia, Portugal, Spanyol, Belanda, Norwegia. dll.  [30 negara lainnya]); Benua Australia  (Australia dan Selandia Baru).

            Dalam akhir orasi ilmiahnya, Didin mengatakan bahwa kita, Indonesia, bukan miskin (terbelakang) karena kurang sumber daya alam atau karena alam yang kejam kepada kita, melainkan karena perilaku kita yang kurang atau tidak baik. Kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang memungkinkan masyarakat kita pantas membangun masyarakat, ekonomi, dan negara. (Aldi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar