oleh Sali Iskandar
Akhir-akhir ini Indonesia mengalami guncangan cukup hebat akibat banyaknya hoax yang beredar dan berkembang di media sosial serta berbagai situs internet. Hoax sendiri memiliki makna “berita bohong” atau “berita palsu” yang diedarkan dengan maksud menipu masyarakat serta mendapatkan keuntungan dari ketertipuan masyarakat. Salah satu contoh hoax yang pernah disampaikan oleh ahli hukum Todung Mulya Lubis, S.H. adalah tulisan di internet mengenai adanya pertemuan-pertemuan PKI di Istana Negara setiap mulai pukul 20.00 WIB sampai dengan larut malam.
Todung mengatakannya pada acara Indonesian Lawyers Club (ILC) pada 19 Desember 2016. Todung Mulya Lubis sama sekali tidak mempercayai hal itu karena PKI sudah lama bubar dan pemikiran komunis sudah tidak laku di Indonesia, bahkan tidak laku di dunia. Dalam kata lain, adanya rapat-rapat PKI di Istana Negara itu tidaklah mungkin terjadi alias hoax. Bukan hanya isu PKI yang dijadikan hoax, banyak pula isu lain, seperti, kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan, peradilan, dan pendidikan. Berita-berita palsu yang beredar makin keras dan makin banyak di dunia maya itu berpengaruh pula pada kehidupan di dunia nyata.
Beredarnya berita-berita bohong ini tentu saja membuat gerah pemerintah dan mereka yang memiliki daya intelektualitas tinggi. Pemerintah dan masyarakat terdidik sangat terganggu oleh adanya hoax. Tak kurang dari Presiden Jokowi pun berulang-ulang mengingatkan agar masyarakat tidak mudah mempercayai berita-berita yang tidak jelas. Demikian pula Kapolri Tito Karnavian beserta jajarannya berusaha memerangi hoax, baik dengan menggunakan soft power maupun hard power, baik dengan cara persuasif maupun dengan cara-cara keras dengan menggunakan penegakkan hukum.
Tambahan pula Menkominfo Rudiantara bersungguh-sungguh memblokir situs-situs yang menyebarkan berita bohong dan ajakan kekerasan di samping bekerja sama dengan pihak facebook dalam mengantisipasi berita bohong.
Di samping itu, diperlukan upaya dari berbagai pihak dalam menangkal berita-berita palsu atau hoax agar masyarakat terlindungi, cerdas, dan dapat hidup dalam keadaan damai. Salah satu pihak yang dapat dijadikan pusat-pusat antihoax adalah lingkungan kampus di perguruan tinggi.
Dalam menahan laju ujaran kebencian, berita palsu, kebohongan, dan berbagai fitnah di Medsos, kampus-kampus di seluruh Indonesia ini harus lebih aktif. Lingkungan kampus adalah lingkungan yang mengharuskan seseorang berbicara, berpendapat, dan menulis sesuai data, fakta, dan informasi yang bisa dipercaya. Bukan hanya fenomena yang harus benar-benar terjadi secara nyata, melainkan pula sumber-sumber informasinya harus jelas. Penyampai informasi haruslah bisa dipercaya dan jelas jati dirinya. Pendapat-pendapat ilmiah pun harus dijelaskan awal mulanya, siapa yang berbicara dan mengapa pendapatnya layak dijadikan rujukan.
Lingkungan kampus merupakan lingkungan yang mendorong para dosen dan mahasiswa membuat serangkaian penelitian. Dalam setiap penelitian, fenomena yang diteliti harus benar-benar terjadi secara nyata yang dibuktikan dengan kehadiran peneliti di tempat kejadian atau atas informasi dari penyampai informasi yang layak dipercaya. Penyampai informasi yang dipercaya tersebut harus jelas kompetensi, jati diri, kejujuran, dan kapasitasnya. Pendapat-pendapat ilmiah atau teori-teori yang digunakan sebagai alat analisis pun harus jelas dikemukakan oleh siapa dalam buku apa atau dalam acara ilmiah yang mana. Fenomena yang benar-benar terjadi secara nyata dengan teori atau pendapat ilmiah yang sah menjadi bahan perbandingan yang akan memunculkan kesimpulan. Setelah kesimpulan didapat, barulah kita dapat memberikan saran-saran.
Kewajiban-kewajiban ilmiah dalam lingkungan kampus sudah saatnya diterapkan dan dibiasakan di tengah masyarakat, baik dalam cara berbicara maupun dalam membuat tulisan di dunia maya. Dengan demikian, masyarakat akan mendapatkan banyak informasi yang jelas nyata dan bermanfaat.
Seluruh akademisi dan lingkungan kampus wajib hukumnya secara moral untuk ikut meredam ujaran kebencian dan berita-berita palsu yang saat ini sudah sangat parah meresahkan masyarakat. Lingkungan kampus tidak boleh justru ikut menjadi pendorong tumbuhnya keraguan dan kerancuan berpikir di tengah masyarakat melalui tulisan-tulisan yang membuat pusing masyarakat. Para akademisi memiliki tugas yang sama di seluruh dunia, yaitu membuat yang gelap menjadi terang dan membuat yang kusut menjadi terurai secara rapi. Bukan sebaliknya, yaitu membuat yang terang menjadi gelap dan yang sudah terurai rapi menjadi kusut.
Perguruan Tinggi Islam Dapat Lebih Berperan
Perguruan tinggi Islam hendaknya lebih berperan dalam mengatasi persoalan hoax ini. Hal itu disebabkan hoax adalah kebohongan dan kepalsuan. Sebagaimana yang diketahui, Islam mengajarkan bahwa kebohongan dan kepalsuan adalah bagian dari kemunafikan. Perguruan-perguruan tinggi Islam sudah pasti mengajarkan hal itu.
Di samping itu, dalam sejarah hidup Nabi Muhammad saw, terdapat peristiwa yang sangat terkenal akibat hoax. Peristiwa itu mengguncangkan keutuhan kaum muslimin dan berpotensi menghancurkan kehormatan Nabi Muhammad saw. Hoax yang terjadi saat itu berupa gosip perselingkuhan antara Siti Aisyah ra, isteri Muhammad saw, dengan seorang pemuda bernama Shafwan. Isu itu menyebar luas di kalangan kaum muslimin dan mengacaukan situasi. Nabi Muhammad saw sendiri kebingungan, terkejut, tertekan, dan tidak tahu harus bertindak apa.
Sementara itu, Aisyah ra sudah berupaya menerangkan, tetapi banyak yang tidak percaya. Akibatnya, Aisyah ra segera meninggalkan Nabi Muhammad saw dan pulang ke rumah ayahnya, Abu Bakar ra. Di rumah ayahnya ini pun Aisyah ra mendapatkan kecurigaan yang bertubi-tubi dari ayahnya tentang perselingkuhannya. Aisyah ra pun menerangkan dengan penuh kejengkelan mengenai peristiwa yang terjadi. Akan tetapi, Aisyah ra melihat ayahnya bertanya dengan nada menuduh. Akibatnya, Aisyah ra mengurung diri di dalam kamarnya dan tidak mau lagi berbicara dengan ayahnya.
Ketika Nabi Muhammad saw tersudut, Aisyah ra terpojok, dan para sahabat malah ikut bergunjing tentang hal itu, Allah swt yang Maha Melihat dan Maha Mendengar menurunkan kasih sayang-Nya dengan memberikan penjelasan berupa ayat-ayat Al Quran (An Nuur, 24 : 11-26).
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan (mengapa tidak) berkata, ‘Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.’
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, mereka itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.
Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(Ingatlah) pada waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal, dia pada sisi Allah adalah besar.
Mengapa kamu tidak berkata pada waktu mendengar berita bohong itu, ‘Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.’
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya jika kamu orang-orang yang beriman.
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman. Bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat serta bagi mereka azab yang besar.
Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Pada hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
Dari ayat-ayat itu, pendeknya Allah swt mengabarkan bahwa Aisyah ra yang sangat cantik dan muda itu sama sekali tidak berselingkuh. Dia perempuan yang sangat baik, pintar, dan tetap suci sebagai istri Nabi saw. Di samping itu, Allah swt sendiri mengajarkan bahwa seharusnya kita selalu melakukan tabayun apabila mendapatkan isu, gosip, atau berita tentang sesuatu hal yang masih belum jelas. Tabayun itu dalam bahasa sekarang adalah check and recheck, verifikasi, penelaahan lebih mendalam atas kebenaran atau ketidakbenaran berita tertentu. Apabila tidak melakukan verifikasi, lalu menikmati berbagai kebohongan itu, laknat Allah swt akan menimpa para penggunjing.
Perguruan tinggi Islam dapat menggali lebih banyak riwayat yang dapat memberikan pelajaran bagi umat untuk dapat berhati-hati ketika mendapatkan berita. Lebih daripada itu, seluruh perguruan tinggi, baik umum maupun Islam harus bersama-sama menjadi pusat antihoax dengan menggunakan seluruh kedisplinannya dalam dunia akademis.
*******
Penulis adalah Ketua Pembina Yayasan Al Aitaam yang membawahkan unit kegiatan TK, SD, SMP, SMA, SMK Plus Al Aitaam, dan STT Jabar di Kota Bandung, Jawa Barat.
No. Hp: 081321353262