Senin, 12 Februari 2018

Wisuda Universitas Al-Ghifari


BANDUNG – Sebanyak 125 lulusan dilantik dalam “Wisuda XI Universitas Al-Ghifari”,  di Hotel Asrilia, Jl. Pelajar Pejuang Bandung, Sabtu (14/1). Wisudawan berasal dari Fakultas Sastra (Fasa), Fakultas Ekonomi (Fekon), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Teknologi Pertanian (Ftekper).

Ketua Pembina Yayasan Al-Ghifari, H. Sali Iskandar, saat menyampaikan sambutan, mengatakan, lulusan Universitas Al-Ghifari dituntut mampu bersaing dengan dunia luar, dalam hal bekerja.

“Kehidupan yang dihadapi saudara (wisudawan) sudah barang tentu akan sangat berbeda dengan kehidupan kampus yang selalu disibukan dengan kehidupan akademis dengan bimbingan para dosen. Hal tersebut sangat berat bagi para lulusan yang tidak memiliki bekal keahlian sedikitpun. Zaman sekarang daya saing dalam dunia kerja sangat berat karena kita akan bersaing dengan tenaga kerja dari bangsa dan negara lain,” katanya.

Rektor Universitas Al-Ghifari, Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si.,  mengatakan,  melihat tantangan yang dihadapi bangsa dalam penguasaan sains dan teknologi (saintek), muncul pemikiran untuk mengembangkan pendidikan tinggi sekaligus sebagai wahana untuk menanamkan apresiasi dan bibit keahlian dalam bidang saintek.

“Pengembangan pendidikan tinggi ke arah ini tidak hanya akan menciptakan interaksi dan integrasi keilmuan yang lebih intens dan lebih padu antara ‘ilmu-ilmu agama’ dengan ‘ilmu-ilmu umum’, termasuk yang berkaitan dengan sain dan teknologi,” ujarnya.

Sementara Sekda Jabar, Dr. H. Iwa Karniwa, ..., saat menyampaikan sambutan mengucapkan selama kepada lulusan Universitas Al-Ghifari yang diwisuda.

“Wisuda bukan ahir, tapi gerbang menuju kehidupan praktis,”tuturnya.
Sedangkan  Dirjen Bina..... Desa... Kementerian....., Dr. H. Nata Irawan, mengatakan, sebanyak 74.900 desa di Indonesia merupakan peluang untuk dimasuki oleh lulusan perguruan tinggi.

“Sebanyak di bawah 60 ribu desa dikepalai oleh lulusan SMA. Selain itu, ada juga 9 kepala desa di Indonesia bergelar doktor,” sebutnya. (dede suherlan)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar