Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat-Banten Prof. Dr. Uman Suherman AS, M,Pd. Menegaskan bahwa selama ini ada kesalahan persepsi di tengah masyarakat tentang kualitas mahasiswa. Masyarakat, bahkan dunia kampus sendiri masih menganggap bahwa mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) adalah mahasiswa yang pintar-pintar dan cerdas, sedangkan yang di perguruan tinggi swasta (PTS) adalah mahasiswa yang bodoh-bodoh. Penjelasannya itu disampaikan saat memberikan pembekalan dalam acara Sidang Senat Terbuka Universitas Al-Ghifari dalam Rangka Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2017-2018, Kamis 28 September 2017 di kampus Al Ghifari, Jln. Ahmad Yani, Bandung.
Acara Senat Sidang Terbuka Universitas Al Ghifari |
Memang benar pendapat Uman karena dalam kenyataannya mahasiswa yang berada di lingkungan PTS bukanlah orang-orang yang bodoh. Mereka hanya orang-orang yang tidak berkesempatan untuk menjadi mahasiswa PTN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali lulusan PTS yang justru menempati posisi-posisi penting di tengah masyarakat dan menjadi orang-orang penting melebihi lulusan PTN.
Kalaulah dikatakan bahwa mahasiswa PTN lebih banyak yang pintar, sesungguhnya negeri ini, Indonesia, tidak membutuhkan banyak orang pintar.
“Negeri ini membutuhkan orang-orang jujur dan berintegritas,” kata Uman, “Jangan merasa diri bodoh. Kita harus bangga menjadi orang yang beriman dan berakhlak mulia. Dengan iman dan akhlak mulia, kita mampu hidup lebih baik untuk membangun bangsa dan negara.”
Dalam memberikan pembekalan itu, Uman menerangkan bahwa manusia memiliki penyakit dalam dirinya, yaitu serakah, tergesa-gesa, banyak mengeluh, dan gemar menyepelekan orang lain. Oleh sebab itu, Uman yang juga humoris ini memberikan nasihat yang sangat baik, yaitu sebagai mahasiswa, kita harus mematuhi nasihat orangtua, dekat dengan Allah swt, rajin berpuasa, menghormati dosen, dan menghormati kakak angkatan.
Hal yang sangat ditekankan oleh Uman adalah kita harus memahami bahwa jika bangsa Indonesia banyak yang suka mengeluh dengan keadaannya, hal itu disebabkan pendidikannya sangat rendah. Orang yang berpendidikan rendah hanya memiliki sedikit pilihan dengan ilmu yang sangat sedikit sehingga banyak mengeluh. Pendidikan yang rendah itu bisa dilihat dari persentase yang sangat rendah antara mereka yang menikmati pendidikan tinggi dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia.
“Mereka yang kuliah di perguruan tinggi hanya sejumlah 1,4%,” jelasnya, “Oleh sebab itu, kita harus bersyukur karena merupakan bagian dari masyarakat dalam jumlah kecil itu, kita berada dalam lingkungan yang 1,4% itu.” (TF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar